4 Unsur Penting Penelitian Ilmiah Biologi dan Contoh Laporannya
https://www.biologijk.com/2018/02/unsur-penting-penelitian-ilmiah-biologi.html?m=0
Daftar Materi Biologi
Advertisement
Baca Juga:
Coba kalian perhatikan gambar di bawah ini. Seorang peneliti sedang melakukan penelitian di sebuah laboratorium untuk menemukan obat bagi penderita kanker. Untuk menguji penemuannya, peneliti itu menggunakan tikus sebagai objek penelitiannya. Tahukah kalian, mengapa manusia melakukan penelitian?
Manusia merupakan makhluk yang istimewa karena manusia dibekali oleh Tuhan sifat ingin tahu. Keingintahuan manusia terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah. Misalnya, dari pertanyaan, ”Apakah bulan mengelilingi bumi?” atau ”Mengapa ayam bertelur?”, timbul keinginan untuk mengadakan pengamatan secara sistematik yang akhirnya melahirkan kesimpulan bahwa bulan mengelilingi matahari dan ayam tergolong binatang ovipar.
Pada hakikatnya, dengan keingintahuan ilmiah yang didukung oleh cara berpikir ilmiah serta ditunjang oleh metode yang tepat, akan mampu menghasilkan sebuah kerja ilmiah sehingga akan didapatkan jawaban serta kesimpulan dari keingintahuan tersebut. Metode ini sering disebut dengan metode ilmiah.
Kerja ilmiah atau disebut juga penelitian yang menggunakan metode ilmiah berarti pula penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu dan memperoleh kebenaran.
Dalam sebuah kerja ilmiah atau penelitian ilmiah, terdapat unsur-unsur penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, antara lain, merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian, mengomunikasikan hasil penelitian, dan mampu bersikap ilmiah.
A. Merencanakan Penelitian Ilmiah
Penelitian merupakan salah satu tahap metode ilmiah yang menggunakan langkah-langkah yang sistematis dan teratur serta berpikir logis. Setiap orang yang melakukan penelitian hendaknya didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah sistematis itu standar dan baku. Tahap pertama penelitian biasanya diawali dengan merencanakan penelitian yang terdiri dari pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut.
1. Menetapkan Bentuk Penelitian
Secara garis besar, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek bagaimana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan. Beberapa aspek tinjauan tersebut, antara lain, aspek tujuan dan aspek metode.
■ Aspek Tujuan
Jika mengarah pada perluasan ilmu, disebut penelitian dasar. Jika mengarah pada pemecahan masalah dan untuk mendapatkan manfaat bagi masyarakat, disebut penelitian terapan.
■ Aspek Metode
Berdasarkan aspek metode, bentuk penelitian dibedakan menjadi sebagai berikut.
1) Penelitian Deskriptif (Penelitian Praeksperimen)
Dalam penelitian ini, dilakukan eksplorasi untuk menggambarkan suatu objek tertentu secara jelas dan sistematis yang bertujuan untuk memprediksi gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.
2) Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah hampir mirip dengan penelitian deskriptif. Hal yang membedakan adalah penelitian sejarah memfokuskan pencarian data dengan metode wawancara pada pelaku sejarah, misalnya, para pemimpin yang terlibat dan tokoh-tokoh masyarakat yang berhubungan dengan suatu peninggalan sejarah.
3) Penelitian Survei atau Penelitian Normatif atau Penelitian Status
Dalam penelitian survei, para peneliti menggunakan variabel dan populasi yang luas dengan tujuan sebagai bentuk awal penelitian, mengembangkan eksplorasi objek, dan melakukan klasifikasi terhadap masalah yang akan dipecahkan.
4) Penelitian Eksperimen
Penelitian ini merupakan metode inti dari model penelitian yang ada. Para peneliti eksperimen melakukan tiga persyaratan penelitian, yaitu mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti juga harus membagi objek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup perlakuan atau yang memperoleh perlakuan dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan. Penelitian ini sering digunakan di bidang IPA, termasuk biologi.
2. Merumuskan Tujuan Penelitian
Setiap melakukan penelitian pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Beberapa tujuan penelitian, antara lain, sebagai berikut.
a . Memperoleh Informasi Baru
Jika fakta atau teori tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti, dapat dikatakan bahwa data tersebut baru, contohnya, teori relativitas Einstein, teori geosentris, dan teori-teori yang ditemukan peneliti untuk pertama kalinya.
b . Mengembangkan dan Menjelaskan Teori yang Sudah Ada
Ketika para peneliti berusaha memecahkan masalah, perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari fakta-fakta penunjang yang dapat digali dari sumber-sumber hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, dihubungkan dengan kegiatan penelitian saat ini, kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan yang hendak dipecahkan sehingga akan diperoleh perkembangan wawasan pengetahuan. Perhatikan bagan berikut ini!
3. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah.
a . Pertimbangan dari Arah Masalahnya
Dalam hal ini, pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah tersebut akan memberi sumbangan kepada dua hal berikut ini:
1) pengembangan teori dalam bidang yang berhubungan dengan dasar teoritis penelitian;
2) pemecahan masalah praktis. Ini berarti bahwa kelayakan suatu masalah untuk diteliti sifatnya relatif, tidak ada kriteria, dan keputusan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan.
b . Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti
Pertimbangan kelayakan sebuah masalah dalam penelitian yang didasarkan pada arah calon peneliti dibuat atas dasar empat hal, yaitu sebagai berikut.
1) Biaya yang cukup untuk melakukan penelitian.
2) Waktu yang dapat digunakan. Seorang siswa yang waktunya terbatas sebaiknya tidak melakukan penelitian yang memerlukan waktu bertahun-tahun.
3) Bekal kemampuan teoritis. Mampukah peneliti melakukan penelitian tersebut? Misalnya, penelitian tentang makhluk hidup yang diberi perlakuan radioaktif. Jika peneliti belum pernah belajar radioaktif, tentu akan sulit mengerjakan penelitian tersebut.
4) Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia. Seorang siswa yang tidak memiliki peralatan laboratorium yang memadai sebaiknya tidak melakukan penelitian yang memerlukan alat dan perlengkapan yang rumit dan tidak terjangkau.
Jadi, setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri, ”Apakah masalah yang hendak diteliti sesuai baginya?” Jika tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai baginya.
4. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dapat berbentuk kajian teoritis yang pembahasannya difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak dipecahkan. Ada beberapa macam sumber informasi yang dapat digunakan peneliti sebagai bahan studi kepustakaan, di antaranya, sebagai berikut.
a . Jurnal Penelitian
Dalam jurnal ini, beberapa hasil penelitian terpilih diterbitkan sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang baru.
b . Buku
Buku merupakan sumber informasi yang sangat penting karena sebagian bidang ilmu yang erat kaitannya dengan penelitian diwujudkan dalam bentuk buku yang ditulis oleh seorang penulis yang berkompeten di bidang ilmunya.
c . Surat Kabar dan Majalah
Media cetak ini merupakan sumber pustaka yang cukup baik dan mudah diperoleh di mana-mana.
d . Internet
Internet Kemajuan teknologi membawa dampak yang sangat signifikan di bidang informasi. Para peneliti dapat langsung mengakses internet dan mendapatkan informasi yang diinginkan dari berbagai negara dengan sangat cepat.
5. Menyusun Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih bersifat teoritis dan masih perlu diuji kebenarannya secara empiris melalui data yang diperoleh di lapangan. Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan dan dianggap sebagai jawaban yang paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.
Ada dua macam hipotesis, yaitu sebagai berikut.
■ Hipotesis alternatif, yaitu dugaan yang menyatakan ada pengaruh, ada hubungan, atau ada perbedaan antara variabel yang diteliti.
■ Hipotesis nol, yaitu dugaan yang menyatakan tidak ada pengaruh, tidak ada hubungan, atau tidak ada perbedaan antara variabel yang diteliti.
Sering kali timbul pertanyaan, ”Manakah di antara kedua hipotesis itu yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian?” Jawabannya tergantung pada landasan teoritis yang digunakan dalam studi kepustakaan.
Jika landasan teori mengarahkan penyimpulan ke tidak ada pengaruh atau tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan, hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah hipotesis nol. Sebaliknya, jika tinjauan teoritis mengarahkan penyimpulan ke ada pengaruh, ada hubungan, atau ada perbedaan, hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah hipotesis alternatif.
6. Menetapkan Variabel
Dalam persiapan metodologis untuk menguji hipotesis penelitian, seorang peneliti harus mengidentifikasi variabel-variabel apa saja yang akan dilibatkan dalam penelitiannya. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian, semakin sedikit variabel-variabel yang terlibat di dalamnya, begitu juga sebaliknya.
Secara garis besar, variabel terbagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ialah variabel yang memengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Tabel Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Pertanyaan
|
Variabel
Bebas |
Kata
Penghubung |
Variabel
Terikat |
Objek
|
Adakah pengaruh
|
Sinar ultraviolet
|
Terhadap
|
Morfologi
|
Kacang polong
|
7. Pemilihan Instrumen (Alat) untuk Memperoleh Data
Keputusan mengenai alat pengambil data yang akan digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu taraf reliabilitas dan validitas. Pertimbangan lainnya dilihat dari sudut praktis, misalnya, besar kecilnya biaya dan mudah sukarnya mengoperasikan alat tersebut.
B. Melaksanakan Penelitian
Setelah dugaan sementara dirumuskan dan semua tahap perencanaan sudah dilakukan, tahap berikutnya adalah membuktikan hipotesis yang dirumuskan itu benar atau tidak. Pelaksanaan penelitian berfungsi untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan didukung oleh bukti empiris yang cukup dari hasil percobaan.
Contoh hipotesis ialah adanya pengaruh pemberian pupuk urea terhadap morfologi tanaman kacang tanah. Penelitian yang dilakukan adalah memberikan pupuk urea terhadap tanaman kacang tanah. Akibat yang muncul dari pemberian pupuk urea tersebut dapat diamati.
Dalam melakukan penelitian ini, seorang peneliti dihadapkan pada pertanyaan sebagai berikut.
a. Berapa jumlah pupuk urea yang diberikan pada setiap tanaman?
b. Berapa umur tanaman yang dijadikan objek penelitian?
c. Jenis kacang tanah apa yang digunakan dalam penelitian?
1. Taraf Perlakuan
Pertanyaan tentang ”Berapa jumlah pupuk urea yang diberikan pada setiap tanaman?” merupakan pertanyaan tentang dosis suatu perlakuan. Variabel bebas merupakan variabel yang dapat ”direntangkan” dari suatu dosis ke dosis yang lain. Biasanya, rentangan itu dimulai dari konsentrasi nol ke dosis yang semakin lama semakin meningkat.
Konsentrasi nol (tanpa pemberian pupuk urea) dalam penelitian ini dikenal sebagai kelompok kontrol, sedangkan objek yang diberi perlakuan dikenal sebagai kelompok perlakuan. Banyaknya perlakuan ada 3, 5, atau 10 tingkatan. Perhatikan tabel berikut ini.
Tabel Jumlah dan Tingkatan Perlakuan
Nama Kelompok
|
Besar Dosis
|
Kontrol
|
P0: tidak diberi pupuk urea
|
Perlakuan 1
|
P1: diberi pupuk urea 5 gram
|
Perlakuan 2
|
P2: diberi pupuk urea 10 gram
|
Perlakuan 3
|
P3: diberi pupuk urea 15 gram
|
Antara dosis pertama dengan dosis berikutnya hendaknya meningkat secara tetap dan sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu atau membaca petunjuk pada label jika variabel bebasnya berupa kemasan yang mengandung petunjuk pemakaian.
2. Pengendalian Faktor Lain
Jika di dalam suatu penelitian akan dibuktikan pengaruh pemberian pupuk urea, pengaruh faktor lain harus dikendalikan. Caranya adalah dengan memberikan faktor tersebut kepada semua kelompok perlakuan secara sama. Karena sama, pengaruhnya terhadap semua kelompok juga sama, misalnya, pemberian air, banyaknya tanah, besarnya pot, jenis kacang tanah, dan berapa kali harus dipupuk. Semuanya harus sama untuk setiap perlakuan. Dengan kata lain, semua faktor harus diperlakukan sama, kecuali variabel bebas.
3. Pengulangan
Mengurangi kesalahan perlakuan yang sama harus diulang pada individu atau kelompok yang lain. Jumlah individu atau kelompok yang diberi perlakuan yang sama tersebut dinamakan sampel. Dalam penelitian, sampel akan dianggap cukup jika setiap perlakuan dikenakan terhadap minimal 5 individu.
Ini berarti, setiap perlakuan diulang lima kali dalam penelitian tersebut. Perhatikan tabel di bawah ini. Di dalam sebuah penelitian, semakin banyak ulangan (berarti semakin besar jumlah sampel), semakin akurat hasilnya.
Tabel Besarnya Ulangan dan Sampel
Ulangan ke-
|
P0
|
P1
|
P2
|
P3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Jumlah Individu
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Jumlah Sampel: 20
4. Pengukuran
Penelitian memerlukan pengamatan dan pengukuran agar diperoleh data kuantitatif yang akurat. Alat ukur yang digunakan harus standar dan sesuai. Misalnya, untuk mengukur tinggi tanaman dapat digunakan meteran, tetapi untuk mengamati klorofil daun, digunakan mikroskop. Hasil pengamatan dan pengukuran dinamakan data. Untuk selanjutnya, data tersebut dicatat secara runtut dan terperinci, kemudian dilanjutkan dengan analisis data.
C. Mengomunikasikan Hasil Penelitian
Termasuk di dalam pekerjaan pengomunikasian hasil penelitian adalah pengolahan data melalui suatu proses analisis data, kemudian melakukan pembahasan dari hasil analisis yang diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel agar mudah dipahami oleh pembaca dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Setelah itu, tahap berikutnya adalah mempublikasikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk jurnal, buku, majalah, atau seminar.
1. Menganalisis Data
Analisis data merupakan pekerjaan yang rumit. Jika dianalisis secara tuntas dan menyeluruh, diperlukan alat analisis yang berupa statistik. Untuk siswa SMA yang baru berlatih penelitian, tidak perlu melakukan uji statistik.
Data yang diperoleh dianalisis secara sederhana dengan cara dicatat, kemudian dicari rata-ratanya tiap perlakuan, selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil rata-rata tersebut dijadikan pedoman untuk menarik kesimpulan.
2. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan atas dasar pembahasan yang menyeluruh terhadap hasil penelitian. Dalam pembahasan, hasil penelitian dibandingkan dengan landasan teori yang telah disusun melalui studi kepustakaan.
Ada dua kemungkinan kesimpulan. Pertama, hipotesis diterima yang berarti hasil penelitian sesuai dengan dugaan sementara. Kemungkinan kedua, hipotesis ditolak yang berarti hasil penelitian tidak sesuai dengan dugaan sementara.
Penelitian yang baik tidak ditentukan oleh diterima atau tidaknya hipotesis. Semua hasil penelitian baik dan layak dipublikasikan jika dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah.
3. Mempublikasikan Hasil
Biasanya, setelah melakukan penelitian, para peneliti membuat laporan, kemudian laporan tersebut diterbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah yang dipublikasikan, ditulis dalam bentuk buku, atau diseminarkan di depan media dan publik.
Untuk siswa SMA, laporan dapat dipublikasikan melalui majalah siswa yang terbit di sekolah, ditempelkan di majalah dinding, atau diseminarkan dengan mengundang siswa dari sekolah lain, bahkan dapat juga dikirimkan untuk lomba Penelitian Ilmiah Tingkat SMA.
Contoh Laporan Penelitian
Judul:
Pengaruh pemberian pupuk urea terhadap morfologi tanaman kacang tanah.
Permasalahan:
Adakah pengaruh pemberian pupuk urea terhadap morfologi tanaman kacang tanah?
Kerangka Berfikir:
Pupuk urea sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Jika tanaman diberi pupuk urea yang sesuai dengan kebutuhannya, tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan subur. Hal ini dapat diamati pada morfologi tanaman seperti tinggi tanaman × jumlah daun.
Variabel:
Variabel bebas: Jumlah pupuk urea yang diberikan pada tanaman kacang tanah.
Variabel terikat: Morfologi tanaman kacang tanah seperti tinggi.
Variabel kontrol: Tanah, air, dan suhu.
Alat dan Bahan:
1.
|
Pot
|
6.
|
Biji kacang tanah
| |
2.
|
Polybag kecil
|
7.
|
Air
| |
3.
|
Centok
|
8.
|
Pupuk organik (kompos)
| |
4.
|
Pupuk urea
|
9.
|
Pasir
| |
5.
|
Sendok
|
10.
|
Tanah
|
Langkah-Langkah Penelitian:
1. Menyiapkan polybag kecil untuk 3 perlakuan dan 1 kontrol. Masing-masing 5 kali pengulangan. Jadi, jumlahnya 20 polybag.
2. Tiap-tiap polybag diisi dengan kerikil di bagian bawah, ditambah campuran pupuk organik dan pasir dengan perbandingan 1 : 1.
3. Menyiapkan biji kacang tanah.
4. Memasukkan satu biji kacang tanah ke dalam tiap-tiap polybag.
5. Setelah tanaman berumur 1 minggu, berilah pupuk urea ke dalam polybag dengan jumlah yang berbeda untuk setiap perbedaannya. Perlakuan 1 : 5 gram urea dengan 5 kali pengulangan. Perlakuan 2 : 10 gram urea dengan 5 kali pengulangan. Perlakuan 3 : 15 gram urea dengan 5 kali pengulangan.
6. Ukurlah tinggi tanaman pada tiap-tiap perlakuan.
7. Letakkan polybag yang berisi kacang tanah tersebut di tempat yang mendapatkan sinar matahari.
8. Siramlah setiap hari, pagi dan sore, dan hindarkan dari gangguan penyakit.
9. Apakah ada perbedaan tinggi tanaman antara perlakuan 1 sampai perlakuan 3?
10. Bagaimana jika tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol? Apakah ada perbedaan?
11. Buatlah grafik perbandingan?
Perhatikan dan isilah tabel pengamatan hasil pengukuran tinggi tanaman kacang tanah seperti di bawah ini, lalu buatlah simpulannya! Kerjakan di buku tugasmu!
Jumlah Pupuk Urea
(Gram)
|
Tinggi Tanaman
|
Rata-rata
| ||
1
|
2
|
3
| ||
0
|
…
|
…
|
…
|
…
|
5
|
…
|
…
|
…
|
…
|
10
|
…
|
…
|
…
|
…
|
15
|
…
|
…
|
…
|
…
|
D. Bersikap Ilmiah
Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
1 . Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Mampu Membedakan Fakta dan Opini Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2 . Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Argumentasi Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi.
Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
3 . Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4 . Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
5 . Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis
Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya.
6 . Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawab terhadap Usulannya
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
7 . Bekerja Sama
Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.
8 . Jujur terhadap Fakta
Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi kepentingan penelitiannya karena penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi kepustakaan yang benar agar kelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama, didapatkan hasil yang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwa itulah yang sebenarnya.
9 . Tekun
Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendek untuk menghasilkan sebuah teori, tetapi kadang kala memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan bertahun-tahun.
Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh malas, mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah putus asa. Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.